Mengunjungi Flea Market dan Budaya Reduce, Reuse, Recycle

October 23, 2016

Sejak pindah ke Jerman 2,5 tahun lalu, kami sekeluarga mulai membiasakan diri berbelanja kebutuhan rumah di flohmarkt atau flea market alias pasar barang bekas. Alasan utamanya tentu karena harga barang-barang yang jauh lebih murah dengan kualitas oke. Isi apartemen kami saat inipun lebih banyak diisi barang-barang hasil mengambil di hari pembuangan (bukan hari pembalasan ya!), pemberian orang, atau hasil beli di flohmarkt.


Waktu kami tinggal di Münster, kebetulan blok tempat kami tinggal adalah kawasan perumahan privat yang orangnya tampak makmur-makmur. Satu bulan sekali, ada hari di mana orang bisa membuang perabotan dan barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi di depan rumah mereka, yang kemudian akan diangkut oleh truk punya pemerintah kota untuk dibawa ke tempat pembuangan. Barang-barang yang dibuang bermacam-macam, mulai dari panci, lampu meja, tas backpack, mainan anak, kasur, sofa, kulkas, kompor, dan sebagainya. Banyak di antara barang buangan tersebut yang sudah tidak layak pakai, tapi banyak juga yang masih layak pakai. Lalu saya mendengar dari teman, bahwa orang sini memang seringkali membuang atau menyumbangkan barang yang masih bagus. Misalnya jika mereka bosan atau jika mereka putus dengan pacarnya. Seorang teman Indonesia pernah mendapatkan isi apartemen lengkap: spring bed ukuran queen, sofa, karpet, meja belajar, dll dari kenalan Jermannya yang baru putus dari pacarnya. Duh!

Setiap sore menjelang hari pembuangan sampah besar, bapaknya Alif biasanya keliling blok naik sepeda, sambil menyisir barang-barang yang dibuang..hahaha.. Kami pernah mengambil panci, gelas, piring, penggorengan, highchair buat Alif makan, backpack, jemuran baju, lego, sampe kasur yang masih bagus dari barang-barang buangan. Lumayan banget kan, apalagi buat mahasiswa :D. Apakah kami malu waktu mengambil barang-barang tersebut? Tentu tidak..kenapa harus malu..hehe..orang-orang lain pun banyak yang menyeleksi barang-barang buangan tersebut. Siapa cepat dia dapat yang paling bagus. Banyak juga yang memungut untuk menjual kembali barang-barang tersebut ke pasar barang bekas. Sisa barang-barang yang tidak dipungut orang lain akan diangkut oleh truk pemkot untuk kemudian di daur ulang.

Selain memungut, kami pun paling senang berbelanja ke pasar barang bekas. Di Münster, ketika memasuki musim semi bulan Mei hingga akhir musim panas bulan September, diadakan pasar barang bekas setiap hari Sabtu minggu terakhir di dekat pusat kota. Hampir semua barang kebutuhan hidup dijual di sini. Para penjual memasarkan barang-barangnya di meja-meja yang berderet-deret. Kami membeli jaket musim dingin, mainan Alif, mobil-mobilan, sepatu musim dingin, buku, laptop2an, sweater, dan lain-lain dengan harga sangat murah. Saya pernah menemukan cardigan merk H&M yang masih seperti baru seharga 1 Euro (15 ribu) saja. Harga barang-barang lain pun tidak jauh dari situ. Jika kita jeli, bukan tidak mungkin kita bisa menemukan barang-barang berkualitas sangat bagus. Untuk Alif, biasanya saya membatasi hanya membeli pakaian luaran di pasar loak, seperti jaket, jas hujan, sepatu boots, atau sepatu biasa. Baju-baju yang nempel langsung ke kulit, saya lebih pilih beli yang murah tapi baru (kalo buat emak-bapak sih bekas banget ga apa-apa).

Ketika pindah ke kota tetangga Osnabrück, sayangnya tingkat ekonomi penduduk kota ini tidak setinggi di Münster. Kami jarang sekali menemukan barang yang masih bagus dibuang di depan rumah orang :(. Tapi di sini ada pasar barang bekas juga, yang selalu dengan senang hati kami datangi. Berhubung hampir semua kebutuhan hidup sudah tercukupi dari hasil memungut ataupun pasar barang bekas di Münster, saya lalu berusaha tidak membeli apapun lagi jika mengunjungi flohmarkt. Karena kekalapan ibu-ibu belanja tidak hanya bisa terjadi di mall saat ada diskon loh, namun bisa banget juga terjadi di pasar barang bekas.

Waktu kami mengunjungi kota Wina di Austria, kami menyempatkan jalan-jalan ke Naschmarkt, pasar yang menjual barang-barang bekas. Walaupun tidak membeli apapun, tapi kami cukup senang bisa cuci mata di sana.

Selain di pasar loak kagetan, kita juga bisa menemukan banyak toko yang menjual barang bekas. Ada yang memang for profit, ada juga yang untuk tujuan amal. Organisasi-organisasi sosial besar seperti Diakonie (organisasi sosial kepunyaan gereja Kristen Protestan), Caritas (organisasi sosial kepunyaan Gereja Katolik), dan Deutsches Rotes Kreuz (Palang Merah Jerman) punya satu bagian yang khusus menerima sumbangan barang bekas, lalu menyeleksi, dan menjualnya kembali di toko mereka. Hasil penjualan tentu digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sosial mereka. Di beberapa titik di kota-kota seluruh Jerman, terdapat kontainer tempat masyarakat bisa memasukkan pakaian yang sudah tidak dipakai lagi. Kontainer tersebut dikosongkan secara berkala oleh pemerintah kota atau organisasi sosial, untuk kemudian diseleksi dan disumbangkan kepada yang membutuhkan.

Jaman dulu waktu kuliah di Jatinangor, beberapa kali saya berbelanja baju ke Pasar Gede Bage (yang sering belanja di sana mana suaranya???). Tapi jika mamah saya tahu, biasanya saya dimarahi. Dibilang jorok lah, nanti gatel lah, apalah, apalah. Termasuk ketika saya bercerita kepada Beliau bahwa di Jerman kami terbiasa menyeleksi barang buangan orang atau berbelanja di pasar loak, kami kena marah. Beliau mewanti-wanti jangan sampe Alif dipakaikan baju bekas orang lain. Karena sering cerita tentang barang bekas inilah, makanya saya dan suami sering ditanya, "Aya artos kanggo meser emameun teu? Lamun teu aya ngke ku mamah ditransfer"..wkwkwkwk.. Lalu saya jelaskan bahwa budaya di sini memang seperti itu.

Menurut saya kebiasaan menggunakan kembali barang bekas ini perlu terus kita kampanyekan besar-besaran di mana-mana, termasuk di tanah air. Karena memang baik untuk lingkungan dan baik untuk kantong. Sepengetahuan saya, sudah banyak organisasi lingkungan ataupun komunitas di tanah air yang mengkampanyekan ini. Hanya saja mungkin belum terlalu populer ya.. Nah jika kawan-kawan melakukan perjalanan ke kota atau negara lain, coba deh cari tahu di mana ada pasar loak atau toko barang bekas. Siapa tau bisa menemukan "harta karun" dengan harga super miring ;).

You Might Also Like

4 comments

  1. pengen deh traveling ke luar hehee
    semoga yah :D

    ReplyDelete
  2. Dulu aku suka ke gdbg, terutama u/ cari jaket musim dingin. Murahnya g ada yg bisa lawan. Skrg jg msh suka cari barang bekas.. tp lebih ke furniture atau room decor items..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya teh Chika...jaket musim dinginnya murah dan bagus-bagus di Gd Bg yaa...

      Delete