Keukenhof dan Sejarah Tulip

May 10, 2016

Minggu lalu, akhirnya kami berkunjung ke negara tetangga untuk menuntaskan rasa penasaran melihat kebun tulip yang terkenal. Sebelum bercerita tentang kunjungan ke kebun tulip Keukenhof (yang artinya "dapur kebun") di Belanda, saya ingin berbagi sedikit tentang sejarah si bunga tulip. Sebelumnya, saya berpikir bahwa tulip itu bunga asli yang habitatnya di Eropa Barat, khususnya di Belanda. Ternyata, salah besar.

Keukeunhof wefie

Sejarah Tulip*
Tulip adalah tanaman yang pada awalnya tumbuh di Eurasian (Iberian Peninsula, Yunani, Balkan, Turki, Syria, Israel, Palestina, Lebanon, Yordania), Afrika Utara, Iran, Ukraina, bagian selatan Siberia, Mongolia, hingga ke bagian barat laut China. Tulip termasuk tanaman berumbi dalam keluarga bunga-bungaan lily. Terdapat sekitar 75 spesies bunga tulip yang telah ditemukan saat ini.
 
Kata Tulip pertama kali digunakan di Eropa Barat sekitar tahun 1534, tampaknya berasal dari surat diplomat Turki, pertama kali muncul dalam Bahasa Inggris sebagai tulipa atau tulipant, dari Turki Ottoman tülbend dan mungkin berasal dari bahasa Persia delband (turban). Nama ini digunakan karena bentuk bunga tulip yang mirip dengan turban. Mungkin juga kata tulip muncul karena kesalahan penerjemahan antara turban dan bunga yang sering dipakai oleh Turki Ottoman di turbannya. Singkat cerita, akhirnya si bunga tulip pun disebut tulip. Pertanian tulip dimulai di Persia, sekitar abad ke-10. Pada masa Kekaisaran Ottoman banyak jenis tulip yang ditanam dan dikembangkan, dan hingga saat ini, 14 spesies tulip masih dapat ditemukan di Turki. Tulip juga disebut dalam karya-karya penulis terkenal Turki masa itu, Omar Khayyam dan Jalaluddin Rumi.

Tidak diketahui siapa yang sesungguhnya pertama kali membawa tulip ke Eropa Barat. Namun yang paling dikenal adalah Oghier Ghislain de Busbecq, perwakilan Kaisar Ferdinand I untuk Suleyman the Magnificent yang dalam suratnya menuliskan tentang pengalaman berbagai jenis bunga berlimpah di Turki. Pada tahun 1559, Conrad Gessner menggambarkan tentang tulip yang mekar di kebun Councillor Heinrich Herwart di Augsburg, Swabia.
 
Pada tahun 1573, Carolus Clusius menanam tulip di Vienna Imperial Botanical Gardens dan sejak terpilih sebagai direktur Hortus Botanicus Universitas Leiden, dia juga menanam tulip di sana pada akhir 1593. Karena itu, tahun 1594 dianggap sebagai tahun pertama tulip mulai mekar di Belanda. Tulip-tulip di Leiden inilah yang menjadi awal kehebohan spekulatif "Tulip Mania" dan industri tulip di Belanda.
 
Antara 1634 dan 1637, antusiasme akan tulip menyebabkan kegilaan spekulatif yang disebut "Tulip Mania". Umbi bunga tulip menjadi sangat mahal dan diperlakukan sebagai alat tukar atau sebagai saham. Bahkan VOC (Vereenigde Ost Indische Compagnie), pernah beralih dari bisnis rempah-rempah ke bisnis tulip pada tahun-tahun ini. Mungkin jika demam "Tulip Mania" berlangsung cukup lama, VOC akan mengurungkan niat untuk menjajah Nusantara ya..hehe..Hingga saat ini, tulip selalu diasosiasikan dengan Belanda. Belanda memiliki taman display tulip terbesar di dunia, yaitu di Keukenhof.
 
Di Turki, tulip adalah simbol surga di bumi dan hampir berstatus divine, sedangkan di Belanda tulip mewakili "briefness of life." Bahkan hingga saat ini, maskapai Turkish Airlines menggunakan tulip abu-abu pada pesawatnya.
 
*Sumber: wikipedia

Melihat bunga tulip di Keukenhof
Setiap tahunnya kebun tulip Keukenhof dibuka pada musim semi selama kurang lebih dua bulan, dari pertengahan Maret hingga pertengahan Mei. Dibuka hanya pada musim semi karena waktu terbaik untuk tumbuh dan mekarnya tulip di Eropa Barat memang pada musim semi. Keukenhof terletak di Lisse, sebuah desa tidak jauh dari Bandara Internasional Schipol (30 menit saja dengan bus ekspress). Menuju ke Keukenhof dengan kendaraan umum bisa naik kereta ke Schipol, Haarlem atau dari Leiden, kemudian lanjut dengan bus. Dari Schipol, kita bisa naik bus ekspress yang langsung menuju Keukenhof, yaitu bus nomor 858.

Bunga-bunga tulip dan lain-lain yang didisplay di Keukenhof tidak diragukan lagi kecantikannya. Pantas saja kebun tulip disebut "Paradise on Earth" pada masa kekaisaran Ottoman. Kecantikan tulip membuat saya speechless dan yang keluar dari mulut saya cuma "Ya ampun kayak plastik!" Tau kan bunga plastik yang warnanya cerah dan selalu tampak segar? :D
 
Saking terkenal akan kecantikannya, dalam waktu buka yang cuma dua bulan, pengunjung berdesakan datang dari seluruh dunia, terutama saat cuaca cerah di akhir pekan (seperti waktu kami berkunjung). Jika ingin menikmati kebun tulip tersebut dalam suasana damai tanpa hiruk pikuk pengunjung lain, sebaiknya datang lebih pagi, misalnya jam 8 atau maksimal jam 9 sudah sampai di sana. Tips lainnya bisa juga berkunjung tidak di akhir pekan, dijamin lebih santai dan bisa foto sepuasnya tanpa gangguan dari pengunjung lain :).
 
Tips hemat lainnya, bisa juga tidak usah beli tiket dan tidak masuk ke Keukenhof. Karena justru di sekitar Keukenhof terhampar pertanian tulip asli milik petani yang tidak kalah cantik dari tulip-tulip di dalam Keukenhof. Selain gratis, suasananya lebih tenang daripada di dalam. Plus kita bisa berinteraksi dengan para petaninya secara langsung. Kita bisa bersepeda dari Keukenhof ke Haarlem sambil menikmati hamparan tulip.

Pertanian tulip di luar Keukenhof. Foto oleh rekan Dwi Mulyani (@dwim87)

Tiket Masuk Keukenhof
Tiket Combi (day ticket bus ekspress Schipol-Keukenhof+tiket masuk ) 24 Euro
Tiket Keukenhof untuk orang dewasa 16 Euro
Anak-anak usia 4-16 8 Euro
Grup tiket (lebih dari 20 orang) harga per orang 13,5 Euro 
Anak-anak 0-3 GRATIS

Jam Buka Keukenhof
Setiap hari jam 08.00-19.30
(Waktu buka 2016: 24 Maret - 16 Mei)

You Might Also Like

0 comments