Menemukan Indonesia di Den Haag

December 24, 2015

Hampir semua orang Indonesia mengenal kota Den Haag. Dari pelajaran sejarah di sekolah dasar, anak Indonesia tahu..bahwa Konferensi Meja Bundar, dimana Belanda dan para founding fathers Indonesia membicarakan kemerdekaan Indonesia, dilaksanakan tahun 1949 di Den Haag, negeri Belanda. Den Haag sejak dulu merupakan pusat pemerintahan dan pusat kantor-kantor diplomatik negeri Belanda, tapi bukan ibu kota. Ibu kotanya yaitu Amsterdam.

Pertengahan April lalu, ketika musim semi baru tiba di Eropa, mantan bos saya mengatakan bahwa dia ada conference di Den Haag, sekaligus harus sowan ke head office. Beliau pun menawari untuk membawakan saya makanan kesukaan dari tanah air..hiks #terharu. Akhirnya saya putuskan berangkat ke Den Haag sendiri untuk menjemput oleh-oleh, temu kangen sama mantan bos, plus jalan-jalan :D. Asyiknya, mba bos menawari saya untuk ikut menginap di hotelnya. Sipp..langsunglah saya beli tiket kereta Osnabrück-Den Haag, dengan jarak tempuh 3,5 jam, harga tiketnya 43 Euro pp.

Ketika saya tiba, cuaca cerah dan tidak terlalu dingin. Langit biru dan matahari bersinar ceria. Dengan tiket harian seharga 6,5 Euro, saya bisa pergi kemanapun di dalam kota Den Haag dengan naik tram atau bis. Tujuan pertama, cari wi-fi gratis tanpa password di het Plein, yang lokasinya di pusat kota dan tidak jauh dari hotel tempat mbak bos menginap. Setelah taro barang di hotel, saya pergi keluar mengelilingi kota sendirian.

Saya sungguh takjub melihat betapa banyaknya restoran Indonesia di Den Haag. Mulai dari tipe fine dining seperti Restoran Garoeda sampe warung sepi yang tamunya cuma saya di rumah makan Salero Minang. Restoran Indonesia pertama di Belanda yang berdiri tahun 1922 pun berada di Den Haag.

Tempat yang wajib dikunjungi di Den Haag dalam rangka napak tilas sejarah yaitu Binnenhof (Inggris: inner court).  Binnenhof adalah kompleks bangunan di tengah kota, tepat di tepi danau Hofvijver.

Disana terdapat bangunan-bangunan yang merupakan kantor dari perdana menteri, menteri luar negeri, states general, dan gedung parlemen Belanda. Kompleks bangunan di Binnenhof ini dibangun pada abad ke-13. Ridderzaal, tempat dilaksanakannya Konferensi Meja Bundar tahun 1949 pun berlokasi di Binnenhof.



Ridderzaal, tempat dilaksanakannya peristiwa2 penting bagi Kerajaan Belanda, termasuk KMB (Indonesia sbg koloni terbesar, sangat penting bagi Belanda)

Ketika berkeliling Binnenhof, saya menemukan berbagai papan tulisan yang familiar..seperti "tweede kammer", dll. It´s kinda weird for me..jalan-jalan di kota yang di bangun dengan jerih payah keringat nenek moyang di nusantara. Seperti melihat langsung perwujudan dari teks di buku sejarah jaman SD. Kebetulan, Den Haag ini kota pertama yang saya kunjungi di Belanda. Jadi maklumlah kalo agak-agak lebay sentimental..haha..

Dalam perjalanan singkat 1,5 hari di Den Haag, tidak lupa mampir ke Munirpad, jalur sepeda yang dimaksudkan untuk mengenang Munir Said Thalib, sang pejuang HAM Indonesia yang terbunuh tahun 2004.


Nanti saya akan kembali kesini dengan Alif, untuk menceritakan apa arti kota ini untuk tanah air Indonesia ;)

You Might Also Like

0 comments